Pentingnya
Meluruskan dan Merapatkan Shaf dalam Sholat
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Pada
kesempatan khutbah jumat ini, khatib mengajak kaum muslimin jamaah sholat jumat
yang berbahagia, khususnya diri khatib pribadi untuk selalu berupaya
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt dan mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selalu berusaha untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan
penuh ketundukan dan keikhlasan, menjauhi segala yang dilarang-Nya dengan penuh
ketaatan. Karena tak ada yang yang mampu menyelamatkan manusia saat tibanya
hari perhitungan kecuali wujud ketaatan yang telah ia lakukan, sebaik-baik
persiapan menghadapi hari itu adalah taqwa, firman Allah:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
Artinya:
“Dan berbekallah kalian, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan
bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang menggunakan akalnya.”
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Di antara syari‘at yang diajarkan Rasulullah SAW kepada
umatnya yang amat penting, namun tidak banyak diketahui, disadari dan
dilaksanakan oleh umatnya adalah pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf
dalam shalat berjamaah. Barangsiapa yang melaksanakan syari‘at agama, petunjuk
dan ajaran-ajarannya dalam meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan
ittiba‘ nya atau pengikutannya dan kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Allah
SWT berfirman di dalam
Al-Quran:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Ali Imran: 31).
Rasulullah SAW bersabda :
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
“Shalatlah kalian sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (HR.
Bukhori)
Adapun hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan
shaf dalam sholat berjamaah teramat banyak, hampir semua imam-imam hadist
meriwayatkan hadist-hadist tersebut, antara lain hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim:
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ : خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا
تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالُوا وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ
عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ يُتِمُّونَ الصَّفَّ الْأَوَّلَ ثُمَّ يَتَرَاصُّونَ فِي
الصَّفِّ
Dari Jabir bin Samurah ra, Rosulullah keluar kepada kami lalu ia
berkata: “Tidakkah kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat
di sisi Tuhan mereka?” Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana
berbarisnya malaikat di sisi Tuhan mereka?” Beliau menjawab, “Mereka
menyempurnakan shaf yang pertama kemudian shaf yang berikutnya, dan mereka
merapatkan barisan.” (HR Muslim, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan :
عن أنس بن مالك : عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال "رصوا
صفوفكم وقاربوا بينها وحاذوا بالأعناق فوالذي نفسي بيده إني لأرى الشيطان يدخل من
خلل الصف كأنه الحذف" . قال الشيخ الألباني : صحيح
Dari Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: “Luruskan shaf-shaf
kalian, dekatkan jarak antaranya, dan sejajarkan bahu-bahu kalian! Demi jiwaku
yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-celah
shaf seperti anak kambing.” (HR: Abu Dawud, Ahmad dan lainnya, dishohihkan oleh
Imam Al-Albani)
Dalam kitab Maqomusy Syaithan disebutkan bahwa hadits ini
menjelaskan bahwa setan masuk dari celah-celah shaf yang tidak rapat, kemudian
menghalangi antara seseorang dengan saudaranya dan menjauhkan antara keduanya,
yang demikian itu akan membawa pada perselisihan di dalam hati-hati mereka.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Nu‘man
bin Basyir disebutkan:
عن النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم يُسَوِّى صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّى بِهَا الْقِدَاحَ
حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى
كَادَ يُكَبِّرُ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ فَقَالَ «
عِبَادَ اللَّهِ لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ
وُجُوهِكُمْ ».
Dari Nu'man bin Basyir berkata, “Dahulu Rasullullah saw meluruskan
shaf kami sehingga seakan meluruskan anak panah, sehingga beliau menganggap
kami telah paham terhadap apa yang beliau perintahkan kepada kami sampai rapi,
kemudian suatu hari beliau keluar (untuk shalat) lalu beliau berdiri, hingga
ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang membusungkan
dadanya, maka beliau bersabda; “Wahai para hamba Allah, sungguh ratakanlah shaf
kalian atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian.” (HR: Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin malik, ia mengatakan:
عن أَنَس قَالَ أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَأَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِوَجْهِهِ فَقَالَ : أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ
وَتَرَاصُّوا ، فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى
Dari Anas bin Malik ra, ia mengatakan: "Telah dikumandangkan
iqomat untuk sholat, lalu Rosulullah menghadap kepada kami lalu bersabda:
“Luruskan dan rapatkan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian
dari balik punggungku.” (HR. Bukhari dan Muslim dan lafaz ini dari Imam
Muslim).
Dan dalam riwayat lafaz Imam Bukhari disebutkan pula;
عنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ :
أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّى أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى وَكَانَ أَحَدُنَا
يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
Dari Anas bin Malik ra, Rosulullah bersabda: "Luruskan shaf
kalian! Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan
kakinya pada kaki temannya.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Hadist ini menegaskan bahwa menempelkan bahu dengan bahu, kaki
dengan kaki dalam shaf adalah sunnah yang telah dikerjakan oleh para sahabat di
belakang Nabi SAW. Dan inilah maksud dari menegakkan shaf dan meluruskannya.
Perintah wajibnya meluruskan dan merapatkan barisan dalam shaf
sholat adalah pendapat yang benar dan kuat, sehingga wajib pula bagi imam-imam
shalat serta para makmum agar memperhatikan shaf, apabila didapatkan padanya
kebengkokan atau ada yang sedikit maju atau mundur, maka para imam tersebut
harus memperingatkan ma'mum agar meluruskan shaf mereka.
Rosulullah SAW pun kadang-kadang berjalan di antara shaf-shaf
sahabat untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang pertama
sampai terakhir. Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah Umar bin
Khaththab, Umar pun memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah
dikumandangkan iqamah. Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah datang dan
mengatakan, "Shaf telah lurus" maka Khalifah Umar pun bertakbir untuk
memulai shalat berjamaah.
Demikian juga hal ini dilakukan oleh Utsman bin Affan ketika
menjadi khalifah, beliau menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf kaum
muslimin, maka apabila orang tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah
lurus", beliaupun bertakbir untuk memulai shalat.
Semuanya ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah
meluruskan shaf.
Akan tetapi, sungguh amat disayangkan, sekarang kita banyak
mendapati para makmum belum memahami akan pentingnya lurus dan rapatnya shaf di
dalam sholat berjamaah, bahkan ada yang sampai tidak mempedulikan masalah
meluruskan shaf, enggan mengisi shaf yang kosong di depannya. Sering kita
saksikan yang satu agak maju ke depan, yang satu lagi agak mundur ke belakang,
tidak peduli akan lurusnya shaf dalam sholat tersebut, tetapi mereka lebih
mengikuti ukuran sejadahnya masing, bukan merapatkan bahu dan kaki mereka
masing-masing sebagaimana yang dilakukan para sabhabat rodhiyaaLLAHU 'anhum.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Seorang ulama ahli hadist Syaikh Al-Albani mengomentari hadits
Anas dan Nu‘man yang telah disebutkan di atas dalam kitab Akhto'ul Mushollin
seprti kata beliau: “Dalam dua hadits ini mengandung beberapa faedah yang
penting;
Pertama, wajibnya menegakkan shaf dan meluruskannya serta
merapatkannya, karena diperintahkan yang demikian itu. Disini dikuatkan akan
kewajibannya, yaitu sabda Nabi SAW, “atau Allah akan memperselisihkan
wajah-wajah kalian.” Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak dikatakan di dalam
suatu urusan yang tidak diwajibkan.
Kedua, bahwasanya meluruskan shaf, sebagaimana yang tersebut dalam
hadits itu adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki,
karena inilah yang dilakukan oleh para sahabat ketika diperintahkan untuk
menegakkan shaf.” (Dalam kitab Akhtha‘ al-mushallin (Kesalahan orang-orang yang
sholat) halaman: 208-209).
Dalam shalat berjamaah, kerapatan shaf merupakan salah satu syarat
diterimanya shalat. Umat muslim adalah umat yang satu dan harus tunduk dengan
setiap perintah imam. Tak ada lagi perbedaan pejabat dan rakyat biasa, orang
kaya dan miskin. Semua menjadi sama di hadapan Allah. Shaf yang rapat juga
mencerminkan eratnya hubungan orang muslim, sehingga tidak mudah dipecah belah.
Jadi siapapun yang shalat di sebelah kita, kita harus merapatkan shaf dengannya.
Shaf yang tidak rapat berarti menyediakan tempat untuk setan yang akan selalu
mengganggu kita. Bahkan shaf yang rapi, akan membantu sholat menjadi khusyu'.
Kalau saat kita menghadap Allah saja masih tidak dapat bersatu dan bersama
dengan yang lain, bagaimana umat islam dapat hidup rukun dalam kehidupan
sehari-hari?”
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Berdasarkan dalil hadist-hadits tersebut di atas, menunjukkan
betapa pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah,
karena hal tersebut termasuk kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah
SAW;
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم: سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ
Dari Anas ra, Rosulullah bersabda: “Luruskan shaf-shaf kalian,
karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.” (HR. Bukhori Muslim)
Kaum Muslimin jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Ada beberapa pelajaran yang perlu kita ketahui dalam meluruskan
shaf sholat jika tidak dilaksanakan, hal ini pernah disampaikan oleh Syeikh
Masyhur Hasan Salman, beliau mengatakan: “Apabila jamaah shalat tidak
melaksanakan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas ra dan An Nu‘man ra, maka
akan selalu ada celah dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada kenyataannya kebanyakan
para jamaah shalat apabila mereka dapat merapatkan shaf maka akan luaslah
shaf tersebut, sehingga akan menampung banyak jamaah, khususnya shaf pertama
kemudian yang kedua dan yang ketiga. Namun jika mereka tidak melakukannya.
Maka yang terjadi adalah: Pertama, mereka terjerumus dalam
larangan syar‘i karena tidak meluruskan dan merapatkan shaf.
Kedua, mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah SWT akan
memutuskan hati-hati mereka. Sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadist:
عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - قَالَ قُتَيْبَةُ عَنْ أَبِى
الزَّاهِرِيَّةِ عَنْ أَبِى شَجَرَةَ لَمْ يَذْكُرِ ابْنَ عُمَرَ - أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ «أَقِيمُوا الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ
الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». لَمْ
يَقُلْ عِيسَى « بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». « وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ
لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا
قَطَعَهُ اللَّهُ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ أَبُو شَجَرَةَ كَثِيرُ بْنُ مُرَّةَ.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَمَعْنَى « وَلِينُوا بِأَيْدِى إِخْوَانِكُمْ ». إِذَا
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الصَّفِّ فَذَهَبَ يَدْخُلُ فِيهِ فَيَنْبَغِى أَنْ يُلَيِّنَ
لَهُ كُلُّ رَجُلٍ مَنْكِبَيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ فِى الصَّفِّ
Dari Abdullah bin Umar, Rosulullah bersabda: “Tegakkan shaf-shaf
kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian, tutuplah celah-celah dan jangan kalian
tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung shaf niscaya Allah
akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya Allah akan
memutuskannya.” (HR: Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim
)
Imam Dawud menjelaskan: "Apabila seorang datang dan masuk
kedalam shaf maka hendaklah orang yang ada diantara kedua shaf itu melembutkan
bahunya sehingga orang tersebut masuk ke dalam shaf."
Ketiga, jika tidak memperhatikan kelurusan dan kerapian shaf maka
akan terjadi perselisihan di dalam hati-hati mereka dan timbul banyak
pertentangan di antara mereka. Sebagaimana dalam hadits An Nu‘man terdapat
pelajaran yang menjadi terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu sesungguhnya rusaknya
zhahir mempengaruhi rusaknya batin dan kebalikannya. Di samping itu bahwa
sunnah meluruskan dan merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling
tolong-menolong, sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki
orang lemah merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti
bangunan yang kuat, saling menopang satu sama lainnya.
Keempat, mereka yang tidak memperhatikan kelurusan dan kerapian
shaf akan kehilangan pahala yang besar seperti diceritakan dalam dalam
hadits-hadits shahih. Antara lain sabda Nabi SAW; “Sesungguhnya Allah dan para
malaikatnya bershalawat kepada orang yang menyambung shaf.” (HR Ahmad, Ibnu
Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah).
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut bahunya, yaitu yang
mau untuk ditempeli bahu saudaranya ketika shalat, dan tidak ada langkah yang
lebih besar pahalanya daripada langkah yang dilakukan oleh seseorang menuju
celah pada shaf dan menutupinya”. (HR: Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban)
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita termasuk dari umat
Rosulullah yang senantiasa memperhatikan kesempurnaan sholat dengan
memperhatikan kesempurnaan shaf dalam sholat. Amiin ya Rabbal'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. فاستغفروه إنه هو
الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ
سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ
عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ